Jumat, 10 Oktober 2025

Ekonom Ungkap Konsumen Kini Lebih Hati-hati Belanja Barang

Ekonom Ungkap Konsumen Kini Lebih Hati-hati Belanja Barang
Ekonom Ungkap Konsumen Kini Lebih Hati-hati Belanja Barang

JAKARTA - Masyarakat Indonesia menunjukkan perilaku belanja yang lebih hati-hati di tengah ketidakpastian ekonomi, tercermin dari data penjualan eceran Agustus 2025. Berdasarkan publikasi terbaru Bank Indonesia (BI), indeks penjualan riil (IPR) mencatat pertumbuhan tahunan 3,5% (year on year/yoy) dan pertumbuhan bulanan 0,6% (month to month/mtm). 

Angka bulanan tersebut meningkat signifikan dibanding kontraksi 4,1% (mtm) pada Juli 2025, didorong oleh konsumsi yang terjaga selama periode peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia 2025.

Yusuf Rendy Manilet, Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE), menilai fenomena ini menunjukkan pemulihan parsial setelah kontraksi IPR pada Juni dan Juli 2025. “Ada dinamika yang cukup menarik yakni tanda pemulihan parsial setelah kontraksi IPR pada Juni dan Juli 2025,” kata Yusuf.

Baca Juga

Outstanding Pembiayaan Fintech P2P Lending Tembus Rp87,61 Triliun

Menurut Yusuf, peningkatan penjualan terutama terlihat pada kategori makanan, minuman, tembakau, dan bahan bakar kendaraan. Hal ini menegaskan bahwa konsumsi dasar rumah tangga masih relatif tangguh, meski sejumlah kategori pengeluaran lain mengalami penurunan.

Sebaliknya, barang-barang tahan lama, termasuk peralatan informasi dan komunikasi serta perlengkapan rumah tangga, justru menunjukkan penurunan signifikan. Yusuf menekankan bahwa tren ini mencerminkan kehati-hatian konsumen terhadap pengeluaran non-esensial. “Artinya, masyarakat cenderung menunda pembelian besar karena masih ada faktor ketidakpastian, ekspektasi inflasi, maupun pertumbuhan upah riil yang stagnan,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (9/10/2025).

Data ini menyiratkan dua pesan utama. Pertama, ketahanan konsumsi dasar masih cukup kuat di tengah perlambatan ekonomi. Kedua, perilaku menunda pembelian barang diskresioner menunjukkan adanya kehati-hatian yang perlu diwaspadai. Yusuf menilai pola ini bisa menjadi sinyal kerentanan rumah tangga jika terjadi guncangan eksternal, seperti kenaikan harga energi atau pelemahan ekonomi global.

Kondisi serupa diungkapkan oleh Josua Pardede, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. Menurutnya, survei penjualan eceran Agustus 2025 memperlihatkan pola belanja rumah tangga yang lebih defensif. “Terlihat dari menguatnya pertumbuhan tahunan pada makanan-minuman dan bahan bakar, sedangkan barang tahan lama seperti peralatan komunikasi justru melemah,” jelas Josua.

Josua menambahkan, konsumen saat ini lebih memprioritaskan pengeluaran wajib dan kebutuhan pokok. Pembelian barang bernilai besar ditunda hingga keyakinan atas pendapatan dan kondisi pasar kerja membaik. “Ekspektasi penjualan yang membaik menjelang akhir tahun; namun pemulihan belanja barang tahan lama kemungkinan baru menguat jika pasar kerja membaik dan porsi tabungan kembali menebal,” ujarnya.

Selain itu, kenaikan belanja pada kelompok bahan bakar kendaraan tidak selalu menunjukkan peningkatan volume konsumsi secara signifikan, melainkan bisa mencerminkan dampak pergerakan harga dan mobilitas yang meningkat. Hal ini menegaskan bahwa pola konsumsi rumah tangga saat ini cenderung selektif, menyesuaikan kebutuhan dengan kondisi ekonomi yang tidak menentu.

Dalam konteks makroekonomi, perilaku konsumen yang lebih berhati-hati ini dapat mempengaruhi permintaan domestik terhadap barang tahan lama, seperti elektronik, kendaraan, dan peralatan rumah tangga. Penurunan permintaan di sektor tersebut bisa berdampak pada produsen dan distributor, memicu perlunya strategi penjualan yang lebih fleksibel atau promosi untuk mendorong konsumsi.

Meski demikian, sektor makanan, minuman, dan bahan bakar menunjukkan ketahanan konsumsi yang cukup baik. Hal ini menjadi indikator bahwa sebagian besar rumah tangga masih mampu memenuhi kebutuhan dasar, meski ada penghematan pada pengeluaran sekunder. Data ini juga mengindikasikan adanya redistribusi pengeluaran, di mana masyarakat menyesuaikan anggaran agar tetap aman di tengah ekspektasi inflasi dan stagnasi upah riil.

Secara keseluruhan, survei penjualan eceran Agustus 2025 memperlihatkan kombinasi antara ketahanan konsumsi dasar dan kehati-hatian pengeluaran diskresioner. Hal ini menjadi pertanda bahwa rumah tangga cenderung adaptif terhadap kondisi ekonomi yang berubah-ubah, memprioritaskan kebutuhan esensial, dan menunda pembelian besar hingga kondisi finansial lebih stabil.

Bagi pelaku pasar, produsen, dan pemerintah, tren ini memberikan sinyal penting. Pemerintah dapat mempertimbangkan kebijakan yang mendorong daya beli masyarakat, seperti subsidi atau insentif bagi barang tahan lama, sementara produsen bisa mengoptimalkan strategi pemasaran yang lebih selektif. Dengan pendekatan yang tepat, konsumsi rumah tangga tetap dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi, meski ada ketidakpastian pada pengeluaran diskresioner.

Survei penjualan eceran Agustus 2025 mencerminkan keseimbangan antara ketahanan konsumsi dasar dan kehati-hatian rumah tangga dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi. Konsumen tetap menjaga kebutuhan pokok, namun menunda pengeluaran besar sebagai strategi adaptasi, menandakan perilaku belanja yang lebih selektif dan defensif di tengah dinamika ekonomi saat ini.

Aldi

Aldi

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Danantara dan Kemenkeu Suntik Modal Perkuat Kopdes Merah Putih

Danantara dan Kemenkeu Suntik Modal Perkuat Kopdes Merah Putih

AAJI Dorong Inovasi Unitlink Agar Tetap Diminati Nasabah

AAJI Dorong Inovasi Unitlink Agar Tetap Diminati Nasabah

Saham UFOE Melonjak 60 Persen, Investor Antusias Kinerja Positif

Saham UFOE Melonjak 60 Persen, Investor Antusias Kinerja Positif

IIF Catat Laba Semester I 2025 Tumbuh 27 Persen

IIF Catat Laba Semester I 2025 Tumbuh 27 Persen

Indonesia Bantu Palestina Kembangkan Budidaya Alpukat

Indonesia Bantu Palestina Kembangkan Budidaya Alpukat