
JAKARTA – Harga minyak mentah dunia melonjak tajam, menandai level tertingginya dalam lebih dari dua bulan terakhir. Sentimen pasar terdongkrak oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah, serta kabar rencana evakuasi kedutaan besar Amerika Serikat dari Irak yang memicu kepanikan pelaku pasar energi.
Kontrak berjangka minyak West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik signifikan sebesar 4,9 persen menjadi USD68,15 per barel. Sementara minyak Brent, yang menjadi acuan internasional, menguat 4,3 persen ke posisi USD69,77 per barel. Lonjakan ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan pasokan minyak mentah global.
Evakuasi Kedutaan AS di Irak Jadi Pemicu Utama
Baca Juga
Kabar bahwa Amerika Serikat tengah bersiap mengevakuasi kedutaannya di Irak membuat harga minyak langsung melonjak dalam waktu singkat. Irak merupakan produsen minyak terbesar kedua dalam kelompok OPEC setelah Arab Saudi. Potensi instabilitas politik di wilayah tersebut secara langsung menimbulkan kekhawatiran terhadap kelangsungan pasokan minyak mentah dunia.
Tidak hanya itu, pemerintah AS juga dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk memulangkan keluarga personel militer dari Bahrain, yang selama ini menjadi markas penting militer Amerika di Timur Tengah.
“Pasar sama sekali tidak menduga risiko geopolitik sebesar ini,” ujar analis senior energi dari Price Futures Group, Phil Flynn. Menurutnya, respons pasar terhadap kabar ini menunjukkan seberapa besar ketergantungan harga minyak terhadap kondisi stabilitas di kawasan tersebut.
Ancaman Iran Tambah Bahan Bakar Kekhawatiran
Kekhawatiran global diperparah oleh pernyataan Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, yang memperingatkan bahwa negaranya siap melancarkan serangan ke pangkalan militer AS di kawasan Timur Tengah jika pembicaraan nuklir dengan Washington gagal.
Pernyataan tersebut mempertegas sikap konfrontatif Iran dalam merespons tekanan internasional atas program nuklirnya. Presiden AS Donald Trump bahkan mengaku tidak yakin bahwa Teheran bersedia menghentikan program pengayaan uranium yang menjadi pokok perdebatan dalam perjanjian nuklir.
Ketegangan ini membuka peluang terjadinya konflik terbuka antara dua negara, yang jika terjadi, bisa mengganggu jalur pengiriman minyak di Selat Hormuz jalur vital yang dilalui sekitar 20 persen suplai minyak global.
Pasokan Global Tertekan Meski OPEC+ Siap Tambah Produksi
Sementara situasi geopolitik mengancam sisi pasokan, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC+) tengah bersiap menaikkan produksinya sebesar 411.000 barel per hari mulai Juli mendatang. Ini akan menjadi bulan keempat berturut-turut peningkatan produksi sebagai bagian dari upaya mengurangi pembatasan pasca-pandemi.
Namun, analis menilai bahwa kenaikan pasokan dari OPEC+ mungkin belum cukup untuk menekan harga minyak jika ketegangan politik terus meningkat. “Kenaikan permintaan minyak di negara-negara anggota OPEC+, terutama Arab Saudi, bisa mengimbangi tambahan pasokan dan menjaga harga tetap tinggi dalam beberapa bulan mendatang,” ungkap analis energi dari Capital Economics, Hamad Hussain.
Permintaan Energi Meningkat dari Sektor Global
Di sisi lain, kabar positif datang dari hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China. Kedua negara dikabarkan telah mencapai titik temu dalam negosiasi perdagangan. AS dikabarkan akan mengizinkan pelajar China kembali berkuliah di kampus-kampus Amerika, sementara China berencana membuka kembali pasokan mineral tanah jarang dan magnet industri ke AS.
Kabar ini menambah keyakinan bahwa ketegangan dagang yang sempat menekan pertumbuhan ekonomi global dapat mereda. Jika kesepakatan ini terwujud, permintaan minyak mentah dari kedua negara yang merupakan konsumen energi terbesar di dunia bisa meningkat tajam.
Analis pasar energi, Tamas Varga, menjelaskan bahwa risiko penurunan harga akibat isu perdagangan sementara telah mereda. Namun ia menilai, respons pasar masih bersifat spekulatif karena belum jelas bagaimana dampak kesepakatan ini terhadap permintaan riil minyak global.
Data Energi AS Dukung Penguatan Harga
Faktor lain yang memperkuat harga minyak adalah laporan penurunan stok minyak mentah Amerika Serikat. Data menunjukkan bahwa stok minyak mentah turun sebesar 3,6 juta barel menjadi 432,4 juta barel pada pekan lalu. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan proyeksi analis yang memperkirakan penurunan hanya sekitar 2 juta barel.
“Laporan ini cukup mendukung penguatan harga,” ujar Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho. Ia juga menambahkan bahwa permintaan bensin di AS mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan, yang tercermin dari kenaikan suplai sebesar 907.000 barel per hari menjadi 9,17 juta barel per hari.
Sinyal Pemangkasan Suku Bunga Perkuat Prospek Energi
Dari sisi kebijakan moneter, data inflasi konsumen di AS hanya mengalami kenaikan tipis pada bulan Mei. Hal ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve) akan mulai memangkas suku bunga acuan pada bulan September mendatang.
Pemangkasan suku bunga biasanya mendorong pertumbuhan ekonomi karena biaya pinjaman menjadi lebih murah. Pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat secara langsung akan meningkatkan konsumsi energi, termasuk minyak mentah.
Outlook: Harga Minyak Masih Berisiko Volatil
Meski saat ini harga minyak menunjukkan penguatan tajam, banyak analis memperkirakan bahwa volatilitas masih akan tinggi dalam beberapa pekan ke depan. Hal ini karena beberapa faktor fundamental seperti kepastian kesepakatan dagang AS-China, arah kebijakan moneter global, dan stabilitas kawasan Timur Tengah belum memiliki kepastian jangka panjang.
Jika ketegangan antara Iran dan AS terus meningkat, dan evakuasi diplomatik di Irak benar-benar dilakukan, maka harga minyak bisa melonjak lebih tinggi. Namun jika OPEC+ berhasil menambah produksi secara konsisten dan geopolitik mereda, harga bisa kembali stabil di bawah level USD70 per barel.
Berita ini dapat digunakan sebagai referensi strategis bagi pelaku pasar, pengambil kebijakan, serta pengusaha sektor energi dalam mengantisipasi dinamika pasar komoditas yang sangat dipengaruhi oleh isu-isu global. Jika dibutuhkan, saya bisa bantu membuat versi dalam format Word, PDF, atau infografik ringkas.

Sindi
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
8 Mobil Listrik Modern Hadir dengan Aplikasi Canggih
- 10 September 2025
2.
Makanan Tradisional Jepang Mendukung Umur Panjang Sehat
- 10 September 2025
3.
Daftar Harga BBM Pertamina Seluruh Indonesia Hari Ini
- 10 September 2025
4.
PLN Pastikan Tarif Listrik September 2025Tetap Stabil
- 10 September 2025
5.
Harga Minyak Naik, Prospek Ekonomi Tetap Menjanjikan
- 10 September 2025