Rabu, 10 September 2025

Hutama Karya Rayakan Harhubnas Dengan Jembatan Ikonik

Hutama Karya Rayakan Harhubnas Dengan Jembatan Ikonik
Hutama Karya Rayakan Harhubnas Dengan Jembatan Ikonik

JAKARTA - Dalam rangka memperingati Hari Perhubungan Nasional (Harhubnas) 2025, PT Hutama Karya (Persero) kembali mengangkat kiprah Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah di Siak, Riau. Infrastruktur ikonik ini berperan penting dalam memperlancar akses layanan, pendidikan, dan aktivitas ekonomi warga. Selain itu, jembatan ini menjadi bukti kemandirian teknologi konstruksi Indonesia. Jembatan cable stayed pertama di Sumatera ini telah beroperasi selama 18 tahun, menegaskan reputasi Hutama Karya dalam menghadirkan proyek infrastruktur berskala besar.

Spesifikasi dan Pembangunan Jembatan

Diresmikan pada 11 Agustus 2007, jembatan sepanjang 1.239 meter dengan lebar 16,95 meter ini menghubungkan sisi utara dan selatan Kabupaten Siak. Infrastruktur ini melayani lebih dari 400.000 penduduk dan memperlancar transportasi antara Kabupaten Siak, Kota Pekanbaru, dan Kabupaten Bengkalis. Jembatan dilengkapi dua trotoar selebar 2,25 meter di kanan-kiri, dua menara setinggi 80 meter, serta clearance sekitar 23 meter dari permukaan air saat pasang. Proyek ini dikerjakan bersama PT PP (Persero) Tbk, menggabungkan keahlian teknis lokal dan teknologi terkini.

Baca Juga

Danantara Jadi Pilar Strategis Kemandirian Fiskal Indonesia

Executive Vice President Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim, menegaskan, jembatan ini telah memperluas mobilitas masyarakat serta arus logistik di Siak. “Dari sisi teknis, pembangunannya menjadi salah satu tonggak penerapan teknologi cable stayed di Indonesia yang ditangani oleh tenaga ahli dalam negeri,” ujarnya.

Keunikan Arsitektur dan Budaya

Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah memiliki keunikan tersendiri karena cable stayed berwarna-warni khas Melayu, satu-satunya di dunia dengan konsep ini. Fasilitas tambahan berupa lift outdoor dengan jalur ganda miring dan lurus tetap vertikal, mengantar pengunjung menuju ruang pameran dan restoran di puncak menara dengan panorama Kota Siak. Nama jembatan ini diambil dari gelar Tengku Syarifah Mariam binti Fadyl, istri Sultan Syarif Kasim II, sebagai penghormatan terhadap sejarah dan budaya lokal. Keunikan ini menjadikan jembatan tidak hanya fungsional, tetapi juga simbol kearifan lokal dan ikon pariwisata.

Dampak Ekonomi dan Konektivitas

Kehadiran jembatan berdampak besar bagi perekonomian Siak dan sekitarnya. Sebelumnya, warga hanya dapat menyeberangi Sungai Siak menggunakan perahu, sehingga aktivitas ekonomi terhambat. Afni, warga setempat, mengungkapkan melalui akun TikTok pribadinya, “Dulunya di sini hutan, kemudian dibangun jembatan yang sangat dibutuhkan untuk menghubungkan dua daratan yang dibelah Sungai Siak. Sejak ada jembatan ini, ekonomi Kabupaten Siak mulai meningkat.”

Jembatan ini mempercepat arus barang dan jasa antardaerah, memperlancar distribusi hasil pertanian dan perkebunan, serta membuka peluang investasi baru di sektor pariwisata dan industri. Infrastruktur ini juga mempermudah mobilitas masyarakat sehari-hari dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal secara signifikan.

Teknologi dan Warisan Infrastruktur

Pembangunan jembatan tergolong high risk karena menghadapi tantangan teknis seperti jalur pelayaran internasional yang padat, kondisi tanah pondasi, hingga keterbatasan material lokal. Hutama Karya mengatasinya dengan teknologi mutakhir, termasuk sistem perancah khusus di ketinggian dan metode pemancangan presisi. Beton mutu tinggi dan perlindungan benturan kapal menjamin umur panjang jembatan.

Adjib menegaskan, pengalaman pembangunan Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah menjadi fondasi penting bagi Hutama Karya dalam menggarap proyek-proyek infrastruktur berteknologi tinggi di Indonesia, termasuk Jembatan Soekarno di Manado, Jembatan Siak 4 di Riau, dan Jembatan Pulau Balang di Kalimantan. “Portofolio ini sejalan dengan komitmen perusahaan untuk menghadirkan karya yang tidak hanya fungsional, tetapi juga ikonik dan menjadi warisan bagi generasi mendatang,” tutup Adjib.

Dengan demikian, jembatan ini tidak sekadar sarana transportasi, tetapi simbol inovasi, budaya, dan kemajuan ekonomi, menegaskan posisi Hutama Karya sebagai pelopor infrastruktur modern di Sumatera.

Sindi

Sindi

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

PTPP Hadirkan Infrastruktur Hijau Lewat Hydroseeding Trenggalek

PTPP Hadirkan Infrastruktur Hijau Lewat Hydroseeding Trenggalek

Waskita Karya Garap Proyek Budidaya Ikan Nila

Waskita Karya Garap Proyek Budidaya Ikan Nila

Jadwal Kapal Pelni Baubau Makassar September 2025

Jadwal Kapal Pelni Baubau Makassar September 2025

Access By KAI Hadirkan Kemudahan Reservasi Tiket Cepat

Access By KAI Hadirkan Kemudahan Reservasi Tiket Cepat

MIND ID Dorong Transformasi Mineral Hijau Nasional

MIND ID Dorong Transformasi Mineral Hijau Nasional