Rabu, 17 September 2025

Giant Sea Wall Lindungi Perekonomian dan Infrastruktur Indonesia

Giant Sea Wall Lindungi Perekonomian dan Infrastruktur Indonesia
Giant Sea Wall Lindungi Perekonomian dan Infrastruktur Indonesia

JAKARTA - Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga kelangsungan ekonomi akibat risiko banjir dan abrasi di wilayah pesisir. 

Menyikapi hal ini, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, menekankan bahwa proyek Giant Sea Wall tidak hanya berfungsi sebagai penghalang bencana alam, tetapi juga sebagai upaya strategis untuk melindungi pusat-pusat perekonomian nasional.

Rachmat menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur ini penting karena sebagian besar ekonomi Indonesia terpusat di Pulau Jawa. Data Bappenas mencatat bahwa 56 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berasal dari Pulau Jawa, dan 70 persen di antaranya berada di Pantai Utara Jawa.

Baca Juga

Cicilan KUR BCA 2025 serta Cara dan Syarat Pengajuannya

“Dan juga, dari 100 persen PDB kita, 26 persen ada di aglomerasi Jakarta dan sekitarnya, dan 18 persen ada di Jakarta. Jadi, penyelamatan infrastruktur wilayah pantai utara Jakarta adalah menyelamatkan (ekonomi) Indonesia,” ujar Rachmat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat besaran PDB nasional atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp5,95 kuadriliun pada triwulan II 2025, menunjukkan besarnya kontribusi wilayah pesisir terhadap perekonomian nasional.

Giant Sea Wall sebagai Model Pengembangan Kawasan

Selain perlindungan ekonomi, Rachmat menilai proyek Giant Sea Wall dapat menjadi model baru pengembangan kawasan perkotaan di Indonesia, khususnya wilayah pesisir. Hal ini penting mengingat Indonesia memiliki 17 ribu pulau dan garis pantai yang panjang, sehingga kebijakan pembangunan kawasan harus disesuaikan dengan karakteristik alam yang unik.

“Dengan 17 ribu pulau, dengan laut-laut yang begitu saling memisahkan, tapi sebenarnya menghubungkan, kita perlu membangun kota baru sendiri. Kita perlu membangun aglomerasi sendiri,” tutur Rachmat.

Pendekatan ini menjadi kunci agar kebijakan yang diterapkan dapat berkelanjutan dan relevan bagi setiap daerah, sekaligus memaksimalkan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat lokal.

Menuju Strategi Perkotaan Nasional 2045

Giant Sea Wall juga sejalan dengan visi Kebijakan Perkotaan Nasional (KPN) 2045, yang bertujuan menciptakan sistem kota berkelanjutan, seimbang, dan inklusif. Menurut Rachmat, pembangunan kota harus mencerminkan karakter unik Indonesia dan tidak sekadar meniru negara lain.

“Ini menjadi penguatan kita, menjadi penajaman kita, bahwa kita harus membangun kota-kota kita sendiri sesuai dengan model kita sendiri (tanpa meniru negara lain). (Karena) tidak ada satupun negara yang (berkarakteristik) sama dengan Indonesia,” jelasnya.

KPN 2045 menekankan lima prinsip utama: kota yang seimbang dan menyejahterakan, layak huni dan inklusif, maju dan sejahtera, hijau dan tangguh, serta terkelola secara transparan, akuntabel, cerdas, dan terpadu. Giant Sea Wall menjadi salah satu langkah strategis untuk mewujudkan prinsip-prinsip tersebut, sekaligus memastikan bahwa pembangunan infrastruktur dapat menopang pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh.

Perlindungan Perekonomian Nasional

Proyek Giant Sea Wall tidak hanya memitigasi risiko banjir, tetapi juga menyelamatkan pusat-pusat ekonomi dan investasi yang terletak di Pantai Utara Jawa. Dengan begitu, intervensi infrastruktur ini menjadi bagian dari strategi nasional untuk mengurangi kerugian ekonomi akibat bencana alam.

Rachmat menekankan bahwa penyelamatan wilayah pesisir Jakarta dan sekitarnya memiliki dampak langsung terhadap stabilitas ekonomi nasional. Perlindungan infrastruktur di kawasan ini juga diyakini dapat menarik investasi baru, memperkuat daya saing kota, dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Kolaborasi dan Implementasi

Rachmat mengajak semua pihak, baik pemerintah pusat, daerah, maupun sektor swasta, untuk berkolaborasi dalam merealisasikan Giant Sea Wall dan strategi pembangunan perkotaan yang berkelanjutan. Pendekatan terpadu ini diharapkan menghasilkan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan yang maksimal bagi masyarakat.

Proyek ini juga menekankan pentingnya perencanaan berbasis karakteristik lokal, sehingga setiap kota dapat berkembang sesuai kebutuhan dan potensi masing-masing wilayah. Dengan demikian, Giant Sea Wall tidak sekadar infrastruktur fisik, melainkan juga instrumen perencanaan ekonomi dan urban yang strategis.

Pembangunan Giant Sea Wall menjadi langkah krusial bagi Indonesia dalam menghadapi risiko banjir dan abrasi, sekaligus melindungi pusat-pusat ekonomi di Pantai Utara Jawa. Dengan kontribusi Pulau Jawa yang mencapai 56 persen dari total PDB nasional, proyek ini berperan langsung dalam menyelamatkan ekonomi Indonesia.

Selain perlindungan fisik, Giant Sea Wall diharapkan menjadi model pembangunan perkotaan berkelanjutan sesuai visi KPN 2045, menciptakan kota inklusif, hijau, tangguh, dan berdaya saing tinggi. Proyek ini menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur strategis harus disesuaikan dengan karakteristik unik Indonesia, memadukan pertumbuhan ekonomi dengan keberlanjutan lingkungan dan sosial.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Cek Harga Emas Antam Naik Hari Ini, Investor Bisa Untung

Cek Harga Emas Antam Naik Hari Ini, Investor Bisa Untung

Mulai Investasi SBN Sekunder di Livin Mandiri Hanya Sejutaan

Mulai Investasi SBN Sekunder di Livin Mandiri Hanya Sejutaan

IHSG Hari Ini Menguat,  Rekomendasi Saham Pilihan Investor

IHSG Hari Ini Menguat, Rekomendasi Saham Pilihan Investor

Pertumbuhan Kredit Bali Semester I 2025 Tembus 6,82 Persen

Pertumbuhan Kredit Bali Semester I 2025 Tembus 6,82 Persen

16.000 Kopdes Siap Manfaatkan Dana Rp200 Triliun Himbara

16.000 Kopdes Siap Manfaatkan Dana Rp200 Triliun Himbara